Setiap hari, harga emas mengalami kenaikan dan penurunan yang fluktuatif. Namun, jika ditarik dalam jangka panjang, harga emas memang selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Sebagai contoh, harga emas pada 2010 silam masih berkisar Rp.300.000-Rp.400.000 ribu rupiah per gram, harga tersebut sangat jauh dari harga di masa sekarang. Dikutip dari laman CNBC Indonesia, pada 23 April lalu, harga emas menyentuh rekor tertingginya di Rp2.039.000.
Kenaikan harga emas tersebut tentunya dipicu oleh beberapa faktor penyebab, yaitu:
1. Semunya Kondisi Ekonomi Global.
Kenaikan tarif yang dilakukan oleh Presiden trump kepada hampir seluruh negara di dunia, memicu banyaknya perubahan pada bidang ekonomi. Rasa khawatir dari investor besar yang sedang menyelam pada aset high risk, otomatis memindah asetnya ke emas yang merupakan instrumen investasi andalan ketika keadaan ekonomi dan politik dunia sedang tidak ada kejelasan.
2. Khawatir akan Inflasi.
Emas sebagai “Safe Haven” atau dapat dibilang aset investasi paling aman di masa sekarang untuk menghindari terjadinya inflasi ketika ketidakpastian ekonomi Global terjadi. Mirip pada poin pertama, ketika permintaan emas naik, otomatis harganya mengalami kenaikan.
3. Aset Langka.
Harga emas yang terus mengalami kenaikan dalam jangka panjang tidak luput dipengaruhi oleh langkanya emas untuk dicari. Sebab, emas bukanlah sebuah aset yang bisa diperbarui dan dicari sesuka hati. Proses eksplorasi emas di tempat-tempat potensi keberadaan emas pun membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan waktu yang lama. Jika dibandingkan dengan permintaannya yang banyak, sedangkan asetnya terbatas, hal itu yang membuat harga emas secara konsisten mengalami kenaikan.
4. Nilai tukar Dolar AS (USD) Melemah.
Emas adalah aset lokal, melainkan global. Tentunya, emas akan dihargai dengan dolar. Ketika nilai tukar dolar melemah, harga emas cenderung mengalami kenaikan karena hal tersebut menjadikannya lebih murah dan investor lebih tertarik membeli emas. Pada akhirnya, permintaan emas yang tinggi mendorong harganya memuncak.
Di permukaan, kenaikan ini tampak alami dipicu oleh kondisi ekonomi global, inflasi, kelangkaan sumber daya, dan pelemahan nilai tukar dolar. Namun, benarkah hanya itu penyebabnya?
Ekonomi Global: Alasan atau Alibi?
Emas mengalami lonjakan ke New All Time High di Harga Rp2.039.000 ketika Trump menerapkan tarif ke hampir seluruh negara di dunia. Hal tersebut menyebabkan negara berkembang seperti Vietnam memilih jalan damai dan tunduk kepada Amerika Serikat dengan diplomasi 0%.
Hal itu didasari oleh Ketergantungan Vietnam di sektor manufaktur seperti tekstil, sepatu, furnitur, dan elektronik ringan, sektor-sektor padat karya yang menjadi tulang punggung lapangan pekerjaan di Vietnam.
Hal tersebut berjalan terbalik dengan tarif yang dikenakan Trump ke China hingga 125%, China justru melawan dengan membalas tarif ke Amerika sebesar 84%. Keadaan pasar yang mempunyai volatilitas tinggi seperti Saham US, Nasdaq, IHSG, Crypto dan sebagainya mengalami penurunan drastis karena dampak tarif Trump, otomatis harga emas ketika tarif diberlakukan langsung mengalami lonjakan karena investor memindahkan dananya di aset berisiko ke aset “Safe Haven”.
Pada titik inilah, terjadi fenomena “FOMO” untuk membeli emas hanya karena takut ketinggalan momentum tanpa memahami sepenuhnya alasan fundamental di balik lonjakan harga tersebut. Investor, ritel maupun institusional, mulai memborong emas. Permintaan melonjak tajam hingga menyentuh All Time High, bukan hanya karena logika ekonomi semata, tetapi juga karena ketakutan massal yang dibentuk oleh narasi media dan tekanan geopolitik.
Titik baliknya terjadi ketika Trump menunda tarif ke seluruh negara yang dikenakannya dengan jangka 90 hari, lalu pergerakan damai antara Amerika dan China mengenai tarif membuat pasar mengalami kenaikan, sedangkan emas mengalami koreksi dan penurunan. Dikutip dari situs Logam Mulia (05/05/2025), emas telah sentuh penurunan harga ke Rp1.905.000 per gram.
Lalu banyak orang bertanya, apa kabar yang membeli emas di harga tertinggi kemarin? Apakah kemarin hanya permainan Trump untuk menciptakan Fomo? Apakah para institusi tertentu telah membeli emas dalam jumlah banyak dan ketika harganya naik mereka jual secara masif?
Satu hal yang pasti, ketika publik sibuk mengejar keamanan dalam bentuk logam mulia, para pemain besar mungkin sudah meraup untung besar dan tengah bersiap untuk “mengatur permainan” berikutnya. (FLA)


